top of page

ALHAMDULILLAH: WE GOT YOUR FIRST PHOTO

فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

"Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan"


Alhamdulillah, beribu syukur kami ucapkan kepada Sang Maha Baik Allah SWT.


Beberapa waktu lalu di subuh Rabu yang tidak terlalu dingin di kota Yogyakarta, akhirnya saya memberanikan diri untuk melakukan testpack (TP). Dikarenakan kondisi tubuh yang terasa agak aneh dan “tamu” yang tak kunjung datang. Sebenarnya saya tidak mau dulu melakukan TP, “nanti saja Bang, kalau sudah telat satu atau dua minggu, ini baru beberapa hari kok masih normal” kata saya ke Abang. Tapi, suami saya sudah membeli alat TP pada malam sebelumnya, dan akhirnya dengan perasaan deg-deg-an saya melakukan TP ditemani suami. Proses TP dilakukan sesuai prosedur yang tertera di kertas petunjuk. Setelah mencelupkan alat ke dalam urin, saya lansung menuju tempat tidur dan menyuruh suami untuk memegang dan melihat hasil TP. “kalau belum ya berarti dikasi Allah waktu bulan madu sebulan lagi” kata Abang sambil tersenyum dengan mata yang semakin sipit karena baru bangun tidur. Begitulah salah satu cara Abang menyemangati saya selama masa penantian.


Dua menit berlalu, Abang menuju tempat tidur dan mencoba mengangkat bantal yang saya gunakan untuk menutupi wajah. Detak jantung terasa makin cepat ketika saya mencoba melihat hasil TP. Pelan-pelan saya buka mata dan terlihat dua garis merah, sangat jelas. Saya menitikkan air mata, selain karena haru tapi lebih tepatnya saya merasa bingung dan timbul pertanyaan-pertanyaan baru.


“ini bener gak ya hasilnya?”


“tes lagi gak yah buat mastiin? kalo salah gimana?”


“trus sekarang gimana?”


Keesokan paginya, saya memutuskan untuk melakukan TP kedua dengan alat dari brand yang katanya lebih bagus. Dan, Alhamdulillah hasilnya pun menunjukkan dua garis merah jelas. Akhirnya kami memutuskan untuk memeriksakan hal tersebut ke dokter kandungan untuk melakukan USG.


Pada hari itu, saya pergi ke dokter kandungan tidak ditemani suami karena dia ada kerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. Lagi pula saya pikir antrian untuk ke dokter akan memakan waktu yang berjam-jam dan akan membuat bosan para pria untuk menunggu dan akhirnya saya memutuskan pergi sendiri. Dengan gaya santai cengengesan saya melakukan pemeriksaan ke dokter. Setelah USG, selanjutnya dokter memberitahukan kondisi kandungan saya saat itu. Tiba-tiba muncul pertanyaan tak terduga dari asisten dokter, “Dek kamu itu hamilnya udah nikah atau di luar nikah?”. What?? Saya terkikik-kikik lalu menjawab dengan menyombongkan cincin pernikahan saya, “Alhamdulillah sudah Bu, ini cincin pernikahan saya. Suami saya lagi kerja jadi periksa sendiri dulu aja kan cuman buat mastiin hasil TP saya benar atau tidak”. Haduh haduh, ya resiko punya badan minimalis dan muka ga tua-tua (ciahhh) begini toh ternyata, lain kali kudu sama suami nih. dan And, here his/her first photo.



Sejak dari awal pernikahan, kami berdua telah sepakat bahwa selama masa ikhtiar menanti keturunan, kami yakin itu merupakan kesempatan yang Allah berikan kepada kami untuk melakukan perbaikan dan persiapan kami untuk menjadi orang tua yang soleh dan solehah untuk anak-anak kami kelak. Walaupun tidak dipungkiri, saya dan suami bahkan keempat orang tua kami pun sudah sangat merindukan kehadirannya di dunia ini. Segala macam ikhtiar saya coba lakukan; minum susu promil, makan buah kurma, kismis, asam folat, biji habbat, madu, dll. Apapun yang disarankan orang-orang, selama saya rasa mampu untuk meminum/memakannya insha Allah saya coba ikhtiarkan. Dan ikhtiar yang paling penting adalah, meminta dan memohon kepada Sang Pencipta, Sang Maha Baik.

Beberapa bulan lalu saya sempat bersilaturahmi dengan KH. Helmy Abdul Mubin, Lc, selaku pimpinan sekaligus pendiri pesantren tempat saya sekolah dulu. Beliau memberitahukan agar saya mengamalkan doa Nabi Ibrahim, khususnya pada saat shalat tahajud. Bagaimana kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Zakaria? Doa apa saja yang diamalkan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Zakaria untuk segera memiliki keturunan yang soleh dan solehah?

Upcoming to next ...

bottom of page